LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN
POST PARTUM
1. Persalinan Normal
A. Pengertian Persalinan
Normal
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina
kedunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan 20-28 minggu
dengan berat janin antara 500-1000gr. Persalinan premature adalah persalinan
saat kehamilan 29-36 minggu dengan berat janin antara 1000-2500gr.
Pada saat persalinan ada 3 faktor yang
perlu diperhatikan, yaitu jalan lahir (tulang dan jaringan lunak pada panggul
ibu), janin dan kekuatan ibu. Kelainan satu atau beberapa faktor diatas dapat
menyebabkan distosia.
(KApita Selekta Kedokteran,2001)
Persalinan normal
adalah proses kelahiran bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan ari) yang dapat hidup ke dunia luar dan rahim melalui jalan
lahir atau dengan jalan lain. (Rustam Mohtar, 1998)
B. Sebab-Sebab Yang
Menimbulkan Persalinan
Penyebab persalinan
belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan factor
hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi.
1. Teori penurunan
hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi
penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai
penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi
tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan
progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi
rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion
servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan
misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
2. Konsep Dasar Nifas
A. Pengertian Nifas
a. Masa nifas atau masa
puerperium adalah masa setelah partus selesai dan berkahir setelah kira-kira 6
minggu (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
b. Masa puerpenium
(nipas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6-8 minggu.
Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Ilmu Kebidanan,2007).
c. Masa nifas (peurpenium
)adalah masa pulih kembali mulai dari persalin selesai samapi alat kandung
kembali seperti semula/pra hamil dan lamanya berlangsung yaitu 6 minggu. (Obstetri
Fisiologi,1998)
d. Masa nifas
(poerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar,
1998).
Jadi masa nifas adalah masa setelah
melahirkan sampai alat kandungan kembali seperti semula/seperti sebelum hamil.
B. Masa
nifas/ peurpenium dibagi dalam 3 periode :
1. Puerpenium dini :
kepullihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerpenium intermedial
: kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerpenium :
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi . Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
C. Perubahan-perubahan
yang penting pada masa nifas
1. Involusi.
Involusi adalah suatu keadaan dimana
uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil. Segera setelah plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari dibawah
pusat. Pada hari ke-5 TFU setengah pusat. Simpisis dan pada hari ke-12 uterus
sudah tidak teraba lagi diatas simpisis dan setelah 6 minggu uterus sudah
mencapai ukuran normal (Arif Mansjoer, 2000).
2. Luka-luka jalan lahir
bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari
3. Lochea : cairan sekret
yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
- Lochea rubra : berisi
darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kasensa,
lanuga, dan mekonium,selama 2 hari pasca persalinan.
- Lochea sanguinolenta :
berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
- Lochea serosa : warna
kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-9 pasca persalinan
- Lochea alba : cairan
putih setelah 2 minggu
- Lochea purulenta :
terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
- Locheastasis : lochea
tidak lancar keluarnya
4. Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak
menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak,
kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan
masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jam dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
5. Payudara
- Keluar kolostrum
- Hiperpigmentasi areola
mamae
- Buah dada agak bengkak
dan membesar
6. Perineum
Luka pada vagina dan serviks yang tidak
luas akan sembuh primer.
Bila dilakukan episiotomy akan terjadi
nyeri pada luka di perineum, menyebabkan ibu takut BAB dan perih saat kencing
D. Perawatan Pasca
Persalinan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus
istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh
miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan dan
hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, beergizi dan
cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri akan
secepatnya. Bila kandung kemih penuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan
kateterisasi. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi
dapat diatasi.
4. Defekasi
Buang air besar, harus dilakukan 3-4
hari pasca persalinan. Bila terjadi obstipasi dan timbul koprostase hingga
skibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau
berikan laksan peroral ataupu perektal. Dengan melakukan mobilasasi sedini
mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
5. Perawatan payudara
- Dimulai sejak wanita
hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayi
- Jika putting rata.
Sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus tetap menyusui agar
putting selalu sering tertarik.
- Putting Lecet. Putting
lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara yang tidak benar
dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tehink menyusui yang benar, putting
harus kering saat menyusui, putting diberi lanolin, monilia diterapi dan
menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusui di tunda
24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
- Payudara bengkak.
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar karena bayi tidak
cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaanya dengan
menyusui lebih sering, kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan
pemberian analgesic.
- Mastitis. Payudara
tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa minggu setelah
melahirkan. Penetalaksanaan dengan kompres hangat/dingin, pemberian antibiotic
dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
- Abses payudara. Pada
payudara dengan abses ASI dipompa, abses di insisi, diberikan antibiotic dan
analgesic.
- Bayi yang tidak suka
menyusui. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI yang terlalu kuat sehingga
mulut bayi terlalu penuh, bingung putting pada bayi yang menyusui diselang
seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil atau bayi mengantuk.
Pancaran ASI yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat
payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlentang dengan bayi ditaruh
diatas payudara. Pada bayi dengan bingung putting, hindari dengan pemakaian dot
botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI. Pada bayi
mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi terbangun.
- Dianjurkan sekali
supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
6. Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama
bayi yang tidak ada bandingannya, menyusui bayi sangat baik untuk menjelmakan
rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
Setelah partus, pengaruh menekan dari
estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh lactogen
hormone (prolaktin) kembali dan pengaruh oksitosin mengakibatkan miopitelium
kelenjar susu berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran air susu. Umumnya
produksi ASI berlangsung betul pada hari ke-2-3 pp.
Pada hari pertama, air susu mengandung
kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu, mengandung
banyak protein dan globulin
7. Perasaan mulas sesudah
partus akibat kontraksi uterus kadang sangat menggangu selama 2-3 hari pasca
persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara disbanding pprimipara.
Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih ada
sisa selaput ketuban , sisa plasenta atau gumpalan darah dalam kavum uteri.
Pasien dapat diberikan analgesic atau sedative.
8. Latihan senam dapat
diberikan mulai hari ke 2 misalnya:
- Ibu terlentang lalu
kedua kaki ditekuk, kedua tangan diatruh di atas dan menekan perut. Lakukan
pernafasan dada lalu pernafasan perut.
- Dengan posisi yang
sama, angkat bokong lalu taruh kembali.
- Kedua kaki diluruskan
dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan defekasi.
- Duduklah pada kursi,
perlahan bunbgkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh tumit.
9. Dianjurkan untuk
mengambilan cuti hamil
10. Pemeriksaan pasca
persalinan
- Pemeriksaan umum : TD,
nadi, keluhan, dll
- Keadaan
umum : suhu, selera makan, dll
- Payudara :
ASI, putting susu
- Dinding perut :
perineum, kandung kemih, rectum
- Sekret yang keluar
misalnya lochea, flour albus
11. Nasehat untuk ibu post
natal
- Sebaiknya bayi disusui
- Bawakan bayi untuk
imunisasi
- Lakukanlah KB
- Fisioterapi post natal
sangat baik bila diberikan
Ibu diharapkan kembali
memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan. Pemeriksaan dilakukan untuk
melihat keadaan umum, keadaan payudara dan putingnya, dinding perut apakah ada
hernia, keadaan perineum, kandung kemih apakah ada rektokel, tonus otot spingter
ani, dan adanya flour albus.
Kelainan
yang dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan pasca
persalinan dan eklamsia puerpurale.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Darah lengkap : Hb ,
WBC , PLT
b) Elektrolit sesuai
indikasi
B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a) Keluhan Utama
Sakit perut ,
perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
b) Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta
riwayat penyakit menyetai
c) Riwayat Persalinan
· Tempat persalinan
· Normal atau terdapat
komplikasi
· Keadaan bayi
· Keadaan ibu
d) Riwayat Nifas Yang
Lalu
· Pengeluaran ASI lancar
/ tidak
· BB bayi
· Riwayat ber KB / tidak
e) Pemeriksaan Fisik
· Keadaan umum pasien
· Abdomen
· Saluran cerna
· Alat kemih
· Lochea
· Vagina
· Perinium + rectum
· Ekstremitas
· Kemampuan perawatan
diri
f) Pemeriksaan
psikososial
· Respon + persepsi
keluarga
· Status psikologis ayah
, respon keluarga terhadap bayi
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan
dengan trauma mekanis , edema / pembesaran jaringan atau distensi efek – efk
hormonal
2. Ketdakefektifan
menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan , pengalaman sebelumnya ,
tingkat dukungan , karakteristik payudara
3. Resiko tinggi terhadap
cedera berhubungan dengan biokimia efek anastesi , profil darah abnormal
4. Resiko tinggi terhadap
infeksi berhubungan dengan trauma jaringan , penurunan Hb , prosedur invasive ,
pecah ketuban , malnutrisi
5. Perubahan eliminasi
urine berhubungan dengan efek hormonal , trauma mekanis , edema jaringan , efek
anastesi ditandai dengan distensi kandung kemih , perubahan – perubahan jumlah
/ frekuensi berkemih
6. Resiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan / penggantian
tidak adekuat , kehilangan cairan berlebih ( muntah , hemoragi , peningkatan
keluaran urine )
7. Konstipasi berhubungan
dengan penurunan tonus otot , efek progesteron , dehidrasi , nyeri perineal
ditandai dengan perubahan bising usus , feses kurang dari biasanya
8. Kurang pengetahuan (
kebutuhan belajar ) mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang
pemahaman , salah interpretasi tidak tahu sumber – sumber
9. Keterbatasan gerak dan
aktivitas berhubungan dengan nyeri luka jahitan perineum
III. PERENCANAAN
1. Dx 1
Tujuan : Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan criteria evaluasi : skala
nyeri 0-1 , ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang , tidak merasa
nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit
, TD = 120/80 mmHG , R = 18 – 20 x / menit
Intervensi :
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional :
mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar
menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk
mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c. Motivasi : untuk
mobilisasi sesuai indikasi
Rasional : memperlancar pengeluaran
lochea, mempercepat involusi dan mengurangi nyeri
secara bertahap.
d. Berikan kompres hangat
Rasional :
meningkatkan sirkulasi pada perinium
e. Delegasi pemberian
analgetik
Rasional :
melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang
2. Dx 2
Tujuan : setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui dengan
criteria evaluasi : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat
ASI yang cukup.
Intervesi :
a. Kaji ulang tingkat
pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
Rasional : membantu dalam
mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi yang
tepat.
b. Demonstransikan
dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional : posisi yang tepat
biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu
mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara
tetap dalam batas normal.
3. Dx 3
Tujuan : setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera pada ibu tidak terjadi dengan
criteria evaluasi : ibu dapat mendemonstrasikan prilaku
unsure untuk menurunkan faktor risiko/melindungi harga diri bebas dari
komplikasi.
Intervensi :
a. Tinjau ulang kadar Hb
dan kehilangan darah waktu melahirkan observasi dan catat tanda anemia.
Rasional : dapat mengetahui kesenjangan
kondisi ibu dan intervensi yang cepat dan tepat
b. Anjurkan mobilitas dan
latihan dini secara bertahap
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan
aliran darah ke ekstremitas bawah
c. Kaji ada hiperfleksia
sakit kepala atau gangguan penglihatan
Rasional : bahaya eklamsi ada diatas 72
jam post partum sehingga dapat diketahui dan diinteraksikan
4. Dx 4
Tujuan :
setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan KE :
dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat
tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a. Kaji lochea (warna,
bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
Rasional
: untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan
tepat.
b. Sarankan pada ibu agar
mengganti pembalut tiap 4 jam.
Rasional
: pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman.
c. Pantau tanda-tanda
vital.
Rasional :
peningkatan suhu > 38°C menandakan infeksi.
d. Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk
memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke
belakang.
Rasional : membantu
mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
5. Dx 5
Tujuan :
setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK)
dengan KE : ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa
sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi :
a. Kaji dan catat cairan
masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional : mengetahui balance cairan
pasien sehingga diintervensi dengan tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8
jam post partum.
Rasional : melatih
otot-otot perkemihan.
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam
duduk, alirkan air keran.
Rasional : agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa
dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.
d. Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional :
mengurangi distensi kandung kemih.
6. Dx 6
Tujuan :
setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan dengan KE
: cairan masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL)
Intervensi :
a. Ajarkan ibu agar
massage sendiri fundus uteri.
Rasional : memberi
rangsangan pada uterus agar berkontraksi kuat dan mengontrol perdarahan.
b. Pertahankan cairan
peroral 1,5-2 Liter/hari.
Rasional : mencegah terjadinya
dehidrasi.
c. Observasi perubahan
suhu, nadi, tensi.
Rasional :
peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi.
d. Periksa ulang kadar Hb/Ht.
Rasional :
penurunan Hb tidak boleh melebihi 2 gram%/100 dL.
7. Dx 7
Tujuan :
setelah diberikan askep diharapkan konstipasi tidak terjadi pada ibu dengan KE
: ibu dapat BAB maksimal hari ke 3 post partum, feses lembek.
Intervensi :
a. Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai
toleransi dan meningkatkan secara progresif.
Rasional : membantu
meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
b. Pertahankan diet reguler dengan kudapan diantara
makanan, tingkatkan makan buah dan sayuran.
Rasional : makanan
seperti buah dan sayuran membantu meningkatkan peristaltik usus.
c. Anjurkan ibu BAB pada WC duduk.
Rasional :
mengurangi rasa nyeri.
d. Kolaborasi pemberian laksantia supositoria.
Rasional : untuk
mencegah mengedan dan stres perineal.
8. Dx 9
Tujuan :
setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang perawatan dini dan
bayi bertambah dengan KE : mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum
dan dapat melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti
perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan
perineal) perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran, istirahat, KB.
Rasional : membantu mencegah
infeksi, mempercepat penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari
perubahan fisik dan emosional.
b. Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan
tali pusat, ari, memandikan dan imunisasi).
Rasional : menambah pengetahuan
ibu tentang perawatan bayi sehingga bayi tumbuh dengan baik.
c. Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah
dipelajari.
Rasional : memperjelas pemahaman
ibu tentang apa yang sudah dipelajari.
9. Dx 10
Tujuan :
setelah diberikan askep diharapkan gerak dan aktivitas terkoordinasi dengan KE
: sudah tidak nyeri pada luka jahitan saat duduk, luka jahitan perinium sudah
tidak sakit (nyeri berkurang).
Intervensi :
a. Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap.
Rasional : meningkatkan sirkulasi
dan aliran darah ke ekstremitas bawah.
b. KIE perawatan luka jahitan periniom.
Rasional : mempercepat kesembuhan
luka sehingga memudahkan gerak dan aktivitas.
c. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : melonggarkan sistem
saraf parifer sehingga rasa nyeri berkurang
IV. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Implementasi yang
dilakukan sesuai dengan masalah yang ada berdasarkan perencanaan yang telah
dibuat (Doenges M.E, 2001)
V. EVALUASI
Evaluasi
dilakukan dengan 2 cara yaitu evaluasi formatif dan sumatif.
a. Evaluasi
formatif : evaluasi yang
dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
b. Evaluasi
sumatif : evaluasi
yang dilakukan untuk mengetahui secara keseluruhan apakah tujuan tercapai atau
tidak.
Evaluasi :1.
Nyeri dapat diatasi
2. Menyusui efektif
3. Cidera tidak terjadi
4. Tidak terjadi infeksi
5. Eliminasi urine kembali normal
6. Tidak terjadi kekurangan volumen cairan
7. Konstipasi dapat teratasi
8. Pengetahuan pasien tentang perawatan diri dan bayi meningkat
9. Gerakan tidak terbatas karena nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif,dkk.
2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.Jakarta: FKUIPrawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan
maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar