Senin, 30 Juli 2012

lp post persalinan normal


TINJAUAN TEORI
POST PARTUM FISIOLOGIS

A. Pengertian Post Partum

            Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2002). Selain itu masa nifas / purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Mansjoer et.All. 1993).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) :
1.      Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2.      Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3.      Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi.

B.PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM MASA NIFAS

Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti sedia kala sebelum hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi, diantaranya :
1.      Perubahan dalam system reproduksi
a. Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)
b. Involusi tempat plasenta
c. Pengeluaran lochea
d. Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina
2.      Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu
Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar hormone prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
3.      Perubahan system Pencernaan
Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau 2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan dan pengendalian pada fase defekasi.
4.      Perubahan system perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami kesukaran dalam buang air kecil, karena :
o  Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh
o  Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat oleh kepala bayi
o  Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5.      Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena meregang setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada multipara.
6.      Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan chorionia gonadotropin  (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam serum turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.
7.      Perubahan Tanda-tanda Vital
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah  partus dapat naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah 12 jam pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa pengobatan.
8.      Perubahan system kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo 2 minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9.      Perubahan Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa menjadi patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang lama/panjang.
Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10.  Perubahan Psikologis Postpartum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan gejala-gejala depresi ringan sampai berat.

C. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM

o   Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
o   Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
o   Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
o   Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
o   Pembengkakan di wajah/tangan
o   Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
o   Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
o   Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
o   Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
o   Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
o   Merasa sangat letih/nafas terengah-engah

D. Perawatan Post Partum

            Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah  bersih barulah bayi disusui.

F. Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan rasa nyaman, nyeri akut b/d trauma perineum, proses kelahiran, payudara bengkak, dan involusi uterus
2.      Kurang pengetahuan tentang manejemen laktasi dan perawatan bayi b/d kurangnya informasi
3.      Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum b/d kurangnya informasi

G. Intervensi

            Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien perdarahan post partum menurut prioritas dan rencana keperawatannya adalah :
a.       Gangguan rasa nyaman, nyeri akut berhubungan dengan trauma perineum, proses kelahiran, payudara bengkak, dan involusi uterus (Carpenito, 1997).
Tujuan :     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri                            berkurang atau hialng, dengan kriteria hasil pasien tidak                          mengeluh nyeri, ekspresi wajah tenang, skala nyeri dalam                                   batas normal (2-3).

Intervensi keperawatan :
1.      Berikan individu kesempatan untuk beristirahat.
Rasional: meningkatkan relaksasi
2.      Ajarkan tindakan non infasif, seperti relaksasi.
Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral
3.      Kaji skala nyeri.
Rasional: mengidentifikasi tingkat nyeri
4.      Ajarkan metode distraksi selama muncul nyeri akut.
Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral
5.      Beri posisi yang nyaman pada pasien.
Rasional: meningkatkan relaksasi/meminimalkan stimulus
6.      Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: menurunkan/mengotrol nyeri dan menurukan sitem saraf simpatis
b.      Kurangnya pengetahuan tentang manajemen laktasi dan perawatan bayi berhubungan dengan kurangnya informasi (Carpenito, 1997).
Tujuan :     Pasien mengerti pendidikan kesehatan yang diberikan                                  mengenai manajemen laktasi dan perawatan bayi setelah                             dilakukan tindakan perawatan dengan kriteria hasil pasien                                    mampu menjelaskan kembali mengenai informasi yang                           telah diberikan.
Intervensi keperawatan :
1.      Kaji pengetahuan dan pengalaman menyusui, koreksi mitos dan kesalahan informasi.
2.      Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan bayi yaitu perawatan tali pusat dan perawatan payudara.
3.      Jelaskan mengenai gizi waktu menyusui.
4.      Kaji respon klien dalam menerima pendidikan kesehatan.
5.      Minta klien untuk menjelaskan kembali informasi yang telah diberikan.
c.       Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum berhubungan dengan kurangnya informasi (Tucker, 1993).
Tujuan :     Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat                                    mengungkapkan pemahaman tentang perawatan diri post                          partum.
Intervensi keperawatan :
1.      Anjurkan klien untuk menghindari coitus selama 4 – 6 minggu / sesuai anjuran dokter.
2.      Demonstrasikan perawatan payudara dan ekspresi manual bila ibu menyusui.
3.      Tekankan pentingnya diet nutrisi.
4.      Anjurkan pasien untuk menghindari mengangkat apapun yang lebih berat dan bayi selama 2 -3 minggu.
5.      Jelaskan perlunya dengan cermat pada bagian perineal.
6.      Wapadakan klien untuk menghindari konstipasi.
7.      Diskusikan gejala untuk dilaporkan kepada dokter.
8.      Jelaskan bahwa lokhea dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu perubahan dari merah menjadi coklat sampai putih.
9.      Beritahu menstruasi akan kembali 6 – 8 minggu setelah perawatan.
10.  Tekankan pentingnya rawat jalan terus menerus termasuk pemeriksaan post pasca partum.
11.  Perawatan vagina/vulva hygiene
Rasional: Membersihkan perineum



















DAFTAR PUSTAKA

Badan Penerbit Universitas Diponegoro (1991). Pelatihan Gawat Darurat Prenatal. Semarang : CV. Grafika Karya.
Carpenito, L. J. (1997). Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
DEPKES RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta (1995). Pencegahan dan Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan. Jakarta : DEPKES RI
Doenges, M. E. (1999). Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and    Documentating Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku           Kedokteran, EGC.
Long, Barbara. C (1996). Essential of Medical Surgical Nursing. Cetakan I. Penerbit CV. Mosby Company, St. Louis, USA




LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM

1.      Persalinan Normal
A.    Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antara 500-1000gr. Persalinan premature adalah persalinan saat kehamilan 29-36 minggu dengan berat janin antara 1000-2500gr.
Pada saat persalinan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu jalan lahir (tulang dan jaringan lunak pada panggul ibu), janin dan kekuatan ibu. Kelainan satu atau beberapa faktor diatas dapat menyebabkan distosia.
(KApita Selekta Kedokteran,2001)
Persalinan normal adalah proses kelahiran bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari) yang dapat hidup ke dunia luar dan rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Rustam Mohtar, 1998)

B.     Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan factor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi.
1.      Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.

2.      Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3.      Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4.      Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

2.      Konsep Dasar Nifas
A.    Pengertian Nifas
a.       Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan berkahir setelah kira-kira 6 minggu (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
b.      Masa puerpenium (nipas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Ilmu Kebidanan,2007).
c.       Masa nifas (peurpenium )adalah masa pulih kembali mulai dari persalin selesai samapi alat kandung kembali seperti semula/pra hamil dan lamanya berlangsung yaitu 6 minggu. (Obstetri Fisiologi,1998)
d.      Masa nifas (poerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998).
Jadi masa nifas adalah masa setelah melahirkan sampai alat kandungan kembali seperti semula/seperti sebelum hamil.
B.       Masa nifas/ peurpenium dibagi dalam 3 periode :
1.      Puerpenium dini : kepullihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2.      Puerpenium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.      Remote puerpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi . Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

C.       Perubahan-perubahan yang penting pada masa nifas
1.      Involusi.
Involusi adalah suatu keadaan dimana uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Segera setelah plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke-5 TFU setengah pusat. Simpisis dan pada hari ke-12 uterus sudah tidak teraba lagi diatas simpisis dan setelah 6 minggu uterus sudah mencapai ukuran normal (Arif Mansjoer, 2000).
2.      Luka-luka jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari
3.      Lochea : cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
-          Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kasensa, lanuga, dan mekonium,selama 2 hari pasca persalinan.
-          Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
-          Lochea serosa : warna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-9 pasca persalinan
-          Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu
-          Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
-          Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya
4.      Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jam dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
5.      Payudara
-          Keluar kolostrum
-          Hiperpigmentasi areola mamae
-          Buah dada agak bengkak dan membesar
6.      Perineum
Luka pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
Bila dilakukan episiotomy akan terjadi nyeri pada luka di perineum, menyebabkan ibu takut BAB dan perih saat kencing
D.    Perawatan Pasca Persalinan
1.      Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan dan hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
2.      Diet
Makanan harus bermutu, beergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3.      Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung kemih penuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
4.      Defekasi
Buang air besar, harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terjadi obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan peroral ataupu perektal. Dengan melakukan mobilasasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
5.      Perawatan payudara
-          Dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi
-          Jika putting rata. Sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus tetap menyusui agar putting selalu sering tertarik.
-          Putting Lecet. Putting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara yang tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tehink menyusui yang benar, putting harus kering saat menyusui, putting diberi lanolin, monilia diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusui di tunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
-          Payudara bengkak. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaanya dengan menyusui lebih sering, kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesic.
-          Mastitis. Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. Penetalaksanaan dengan kompres hangat/dingin, pemberian antibiotic dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
-          Abses payudara. Pada payudara dengan abses ASI dipompa, abses di insisi, diberikan antibiotic dan analgesic.
-          Bayi yang tidak suka menyusui. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI yang terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung putting pada bayi yang menyusui diselang seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil atau bayi mengantuk. Pancaran ASI yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlentang dengan bayi ditaruh diatas payudara. Pada bayi dengan bingung putting, hindari dengan pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi terbangun.
-          Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
6.      Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya, menyusui bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh lactogen hormone (prolaktin) kembali dan pengaruh oksitosin mengakibatkan miopitelium kelenjar susu berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran air susu. Umumnya produksi ASI berlangsung betul pada hari ke-2-3 pp.
Pada hari pertama, air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu, mengandung banyak protein dan globulin
7.      Perasaan mulas sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat menggangu selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara disbanding pprimipara. Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih ada sisa selaput ketuban , sisa plasenta atau gumpalan darah dalam kavum uteri. Pasien dapat diberikan analgesic atau sedative.
8.      Latihan senam dapat diberikan mulai hari ke 2 misalnya:
-          Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan diatruh di atas dan menekan perut. Lakukan pernafasan dada lalu pernafasan perut.
-          Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali.
-          Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan defekasi.
-          Duduklah pada kursi, perlahan bunbgkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh tumit.
9.      Dianjurkan untuk mengambilan cuti hamil
10.  Pemeriksaan pasca persalinan
-          Pemeriksaan umum : TD, nadi, keluhan, dll
-          Keadaan umum        : suhu, selera makan, dll
-          Payudara                  : ASI, putting susu
-          Dinding perut           : perineum, kandung kemih, rectum
-          Sekret yang keluar misalnya lochea, flour albus
11.  Nasehat untuk ibu post natal
-          Sebaiknya bayi disusui
-          Bawakan bayi untuk imunisasi
-          Lakukanlah KB
-          Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan

Ibu diharapkan kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum, keadaan payudara dan putingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung kemih apakah ada rektokel, tonus otot spingter ani, dan adanya flour albus.
            Kelainan yang dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan pasca persalinan dan eklamsia puerpurale.


PEMERIKSAAN PENUNJANG
a)      Darah lengkap : Hb , WBC , PLT
b)      Elektrolit sesuai indikasi

B.     ASUHAN KEPERAWATAN
I.     PENGKAJIAN
a)      Keluhan Utama
Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
b)      Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
c)      Riwayat Persalinan
·         Tempat persalinan
·         Normal atau terdapat komplikasi
·         Keadaan bayi
·         Keadaan ibu
d)     Riwayat Nifas Yang Lalu
·         Pengeluaran ASI lancar / tidak
·         BB bayi
·         Riwayat ber KB / tidak
e)      Pemeriksaan Fisik
·         Keadaan umum pasien
·         Abdomen
·         Saluran cerna
·         Alat kemih
·         Lochea
·         Vagina
·         Perinium + rectum
·         Ekstremitas
·         Kemampuan perawatan diri

f)       Pemeriksaan psikososial
·         Respon + persepsi keluarga
·         Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi

II.                DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis , edema / pembesaran jaringan atau distensi efek – efk hormonal
2.      Ketdakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan , pengalaman sebelumnya , tingkat dukungan , karakteristik payudara
3.      Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek anastesi , profil darah abnormal
4.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan , penurunan Hb , prosedur invasive , pecah ketuban , malnutrisi
5.      Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal , trauma mekanis , edema jaringan , efek anastesi ditandai dengan distensi kandung kemih , perubahan – perubahan jumlah / frekuensi berkemih
6.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan / penggantian tidak adekuat , kehilangan cairan berlebih ( muntah , hemoragi , peningkatan keluaran urine )
7.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot , efek progesteron , dehidrasi , nyeri perineal ditandai dengan perubahan bising usus , feses kurang dari biasanya
8.      Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman , salah interpretasi tidak tahu sumber – sumber
9.      Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka jahitan perineum





III.              PERENCANAAN
1.      Dx 1
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan criteria evaluasi : skala nyeri 0-1 , ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang , tidak merasa nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit , TD = 120/80 mmHG , R = 18 – 20 x / menit
Intervensi :
a.    Kaji ulang skala nyeri
     Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b.   Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
 Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c.       Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
Rasional : memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi       nyeri secara bertahap.
d.      Berikan kompres hangat
   Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium
e.    Delegasi pemberian analgetik
   Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang
2.      Dx 2
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan  diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui dengan criteria evaluasi : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi :
a.       Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan  intervensi yang tepat.
b.       Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional  : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan mengganggu.
c.       Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.

3.      Dx 3
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera pada ibu tidak terjadi dengan criteria evaluasi : ibu    dapat mendemonstrasikan prilaku unsure untuk menurunkan faktor risiko/melindungi harga diri bebas dari komplikasi.
Intervensi :
a.       Tinjau ulang kadar Hb dan kehilangan darah waktu melahirkan observasi dan catat tanda anemia.
Rasional : dapat mengetahui kesenjangan kondisi ibu dan intervensi yang cepat dan tepat
b.      Anjurkan mobilitas dan latihan dini secara bertahap
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah
c.       Kaji ada hiperfleksia sakit kepala atau gangguan penglihatan
Rasional : bahaya eklamsi ada diatas 72 jam post partum sehingga dapat diketahui dan diinteraksikan
4.      Dx 4
Tujuan       : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan KE : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi  :
a.       Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
              Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat.


b.      Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
            Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat berkembangbiaknya kuman.
c.       Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : peningkatan suhu > 38°C menandakan infeksi.
d.      Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e.       Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
5.      Dx 5
Tujuan       : setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK) dengan KE : ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi  :
a.       Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional : mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat.
b.      Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional : melatih otot-otot perkemihan.
c.       Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.
Rasional : agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.
d.      Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional : mengurangi distensi kandung kemih.


6.      Dx 6
Tujuan       : setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan dengan KE : cairan masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL)
Intervensi :
a.       Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.
Rasional : memberi rangsangan pada uterus agar berkontraksi kuat dan mengontrol perdarahan.
b.      Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari.
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi.
c.       Observasi perubahan suhu, nadi, tensi.
Rasional : peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi.
d.      Periksa ulang kadar Hb/Ht.
Rasional : penurunan Hb tidak boleh melebihi 2 gram%/100 dL.
7.      Dx 7
Tujuan       : setelah diberikan askep diharapkan konstipasi tidak terjadi pada ibu dengan KE : ibu dapat BAB maksimal hari ke 3 post partum, feses lembek.
Intervensi  :
a.       Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai toleransi dan meningkatkan secara progresif.
Rasional : membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
b.      Pertahankan diet reguler dengan kudapan diantara makanan, tingkatkan makan buah dan sayuran.
Rasional : makanan seperti buah dan sayuran membantu meningkatkan peristaltik usus.
c.       Anjurkan ibu BAB pada WC duduk.
Rasional : mengurangi rasa nyeri.
d.      Kolaborasi pemberian laksantia supositoria.
Rasional : untuk mencegah mengedan dan stres perineal.
8.      Dx 9
Tujuan       : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang perawatan dini dan bayi bertambah dengan KE : mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum dan dapat melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi  :
a.       Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal) perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran, istirahat, KB.
Rasional : membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
b.      Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat, ari, memandikan dan imunisasi).
Rasional : menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi sehingga bayi tumbuh dengan baik.
c.       Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.
Rasional : memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah dipelajari.


9.      Dx 10
Tujuan       : setelah diberikan askep diharapkan gerak dan aktivitas terkoordinasi dengan KE : sudah tidak nyeri pada luka jahitan saat duduk, luka jahitan perinium sudah tidak sakit (nyeri berkurang).
Intervensi  :
a.       Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah.
b.      KIE perawatan luka jahitan periniom.
Rasional : mempercepat kesembuhan luka sehingga memudahkan gerak dan aktivitas.
c.       Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : melonggarkan sistem saraf parifer sehingga rasa nyeri berkurang

IV.              PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yang ada berdasarkan perencanaan yang telah dibuat (Doenges M.E, 2001)







V.                EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan 2 cara yaitu evaluasi formatif dan sumatif.
a.       Evaluasi formatif        : evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
b.      Evaluasi sumatif          : evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui secara keseluruhan apakah tujuan tercapai atau tidak.
Evaluasi           :1. Nyeri dapat diatasi
2.      Menyusui efektif
3.      Cidera tidak terjadi
4.      Tidak terjadi infeksi
5.      Eliminasi urine kembali normal
6.      Tidak terjadi kekurangan volumen cairan
7.      Konstipasi dapat teratasi
8.      Pengetahuan pasien tentang perawatan diri dan bayi     meningkat
9.      Gerakan tidak terbatas karena nyeri.






DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif,dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.Jakarta: FKUIPrawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.