Minggu, 05 Agustus 2012

Askep Gerontik Hipertensi


BAB I
PENDAHULUAN
  1. A. LATAR BELAKANG
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople,1997).Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, jumlah populasi usia lanjut (lansia) juga meningkat. Tahun 1999, jumlah penduduk lansia di Indonesia lebih kurang 16 juta jiwa. Badan Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di Indonesia 60 juta jiwa, mungkin salah satu terbesar di dunia.
Dibandingkan dengan jantung dan kanker, rematik boleh jadi tidak terlampau menakutkan. Namun, jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian  ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes (Health-News,2007).

  1. B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sbb:
  1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang rheumatoid arthritis yang terjadi pada lansia.
  1. Tujuan  Khusus
    1. Mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, serta tanda dan gejala yang terjadi pada lansia penderita rheumatoid artritis.
    2. Mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan gerontik yang sesuai  diberikan pada lansia dengan rheumatoid arthritis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.DEFINISI
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi(www.medicastore.com).
Arthritis adalah istilah medis untuk penyakit dan kelainan yang menyebabkan pembengkakan/radang atau kerusakan pada sendi. Arthritis sendiri merupakan keluarga besar inflammatory degenerative disease, di mana bentuknya sangat beragam, lebih dari 100 jenis arthritis. Istilah arthritis sendiri berasal dari bahasa Yunani /GreekArthon/sendi dan it is/radang (www. wrm-Indonesia.org).
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun (Brunner, 2002).
B.ETIOLOGI
Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
1.      Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan rhematoid faktor
2.      Faktor metabolik
3.      Infeksi dengan kecenderungan virus
C.PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
D.TANDA DAN GEJALA
1.      Tanda dan gejala setempat
q  Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.
q  Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
q  Poli artritis simetris sendi perifer à Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar  seringkali terkena juga
q  Artritis erosif à sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X
q  Deformitas à pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea, deformitas b€outonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total
q  Rematoid nodul à merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
q  Kronik à Ciri khas rematoid artritis
2.      Tanda dan gejala sistemik
·         Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
  1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
  1. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
  1. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang
E.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Tes serologi
·         Sedimentasi eritrosit meningkat
·         Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
·         Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2.      Pemerikasaan radiologi
·         Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
·         Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3.      Aspirasi sendi
·         Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
F.PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi adalah:
  1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
  2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
  3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
  1. Istirahat
  2. Latihan fisik
  3. Panas
  4. Pengobatan
    1. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
    2. Natrium kolin dan asetamenofen à meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat
    3. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari à mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
    4. Garam emas
    5. Kortikosteroid
    6. Nutrisi à diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
1.      Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
2.      Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
3.      Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
4.      Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
  • Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
  • Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
2. Pemeriksaan Fisik
  • Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
  • Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
    • Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
    • Catat bila ada krepitasi
    • Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
    • Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
      • Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
      • Ukur kekuatan otot
      • Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
      • Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

Format Askep Gerontik


Format ASKEP gerontik

FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA KELUARGA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn./Ny .....DENGAN ...................................
Nama Mahasiswa    :
NIM    :
Tanggal Pengkajian    :

I.    PENGKAJIAN
A.    DATA DEMOGRAFI DAN KESEHATAN
1.    Karakteristik Demografi
a.    Identitas Klien
1)    Nama                :
2)    Umur                :
3)    Jenis Kelamin            :
4)    Agama                :
5)    Pendidikan Terakhir        :
6)    Status perkawinan        :
7)    Suku Bangsa            :
8)    Alamat Rumah            :
9)    Orang yang paling dekat dihubungi:
10)    Alamat/telepon            :

b.    Identitas Lansia Terdekat/Lansia Dimana Klien Tinggal :
1)    Nama            :
2)    Alamat            :
3)    Hubungan dengan klien    :

c.    Riwayat Pekerjaan
1)    Pekerjaan saat ini        :
2)    Pekerjaan sebelumnya    :
3)    Sumber pendapatan        :
4)    Kecukupan dari kebutuhan    :

d.    Riwayat Lansia   
1)    Saudara kandung
NAMA    ALAMAT    KETERANGAN
1.                                     
2.                                   
3.                                   
4.                                   
5.                                   

2)    Riwayat kematian dalam lansia ( 1 tahun terakhir )
a)    Nama    :
b)    Usia        :
c)    Penyebab    :

e.    Lingkungan Tempat Tinggal
1)    Jenis rumah/tempat tinggal    :
2)    Jumlah kamar            :
3)    Jumlah orang yang tinggal di rumah :
4)    Apakah rumah bertingkat    : ( ya / tidak )
5)    Privasi                : ( ya / tidak )
6)    Risiko injury            : ( ada / tidak )
7)    Jelaskan ...............................................
8)    Tetangga terdekat            :
9)    Alamat/telepon            :

f.    Aktifitas Rekreasi dan Pengisian Waktu Luang
1)    Hobby/interes            :
2)    Bepergian/wisata            :
3)    Kunjungan lansia            :
4)    Keanggotaan organisasi        :
5)    Lain-lain                :

g.    Uraian dari kegiatan khusus sehari-hari
Tipe/Jenis Kegiatan    Waktu Yang Digunakan Untuk Setiap Kegiatan
   
           
   


2.    Karakteristik Kesehatan
a.    Status Kesehatan saat ini
1)    Status kesehatan umum dalam 1 tahun terakhir :
   
2)    Status kesehatan umum selama 5 tahun terakhir :
   
3)    Gejala yang dirasakan/keluhan-keluhan kesehatan utama:
   
4)    Penanganan /pengobatan
a)    Berobat ke rumah sakit    :
b)    Ke Puskesmas    :
c)    Dokter Praktek    :
d)    Lain-lain, sebutkan ...........................
5)    Obat-obatan
a)    Nama    :
b)    Dosis    :
c)    Bagaimana/kapan menggunakannya    :
d)    Dokter yang menginstruksikan    :
e)    Tanggal resep    :
6)    Nutrisi
a)    Diet khusus, pembatasan makanan, atau pilihan
   
b)    Riwayat peningkatan/penurunan berat badan
   
c)    Pola konsumsi makanan (frekuensi, makan sendiri/dengan orang lain)
   
d)    Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan (mis: pendapatan tidak adekuat, kurang transportasi, masalah menelan/mengunyah, stres emosional)
   
e)    Kebiasaan
   
b.    Status kesehatan masa lalu
1)    Penyakit masa kanak-kanak
       
2)    Penyakit kronik
   
3)    Trauma
   
4)    Perawatan di rumah sakit (alasan, tanggal, tempat, durasi, dokter)
   
5)    Operasi (jenis, tanggal, tempat, alsan, dokter)
   
6)    Riwayat obstetrik
   

c.    Riwayat keluarga
1)    Gambarkan silsilah/genogram
(survey hal berikut ini: kanker, diabetes, penyakit jantung, hipertensi, gangguan kejang, penyakit ginjal, artritis, alkoholisme, masalah kesehatan mental, anemia)

d.    Pemeriksaan Fisik
1)    Kesadaran    :
2)    Tinggi badan    :
3)    Berat Badan    :
4)    Tanda-tanda vital    :
a)    Tekanan darah    :
b)    Nadi    :
c)    Pernafasan    :
d)    Suhu    :
5)    Kepala     :
6)    Mata    :
7)    Telinga    :
8)    Hidung    :
9)    Mulut dan Tenggorokan    :
10)    Leher    :
11)    Payudara    :
12)    Pernapasan    :
13)    Kardiovaskuler    :
14)    Gastrointestinal    :
15)    Perkemihan    :
16)    Genetalia    :
17)    Muskuloskeletal    :
18)    Sistem Endokrin    :
19)    Sistem persyarafan    :
20)    Psikososial    :
e.    Status eliminasi        :
f.    Status mobilisasi        :
g.    Status ekonomi kesehatan    :

B.    MASALAH KESEHATAN KROBIS
NO    Keluhan kesehatan/gejala yang dirasakan klien dalam 3 bulan terakhir berkaitan dengan fungsi-fungsi    Selalu    Sering    Jarang    Tidak pernah
1.    Fungsi penglihatan :
a.    Penglihatan kabur
b.    Mata berair
c.    Nyeri pada mata               
2.    Fungsi pendengaran
a.    Pendengaran berkurang
b.    Telinga berdering               
3.    Fungsi paru (pernafasan)
a.    Batuk lama disertai keringat malam
b.    Sesak nafas
c.    Berdahak /riak               
4.    Fungsi Jantung
a.    Jantung berdebar-debar
b.    Cepat lelah
c.    Pusing
d.    Nyeri/pegal daerah tengkuk               
5.    Fungsi Pencernaan
a.    Mual / muntah
b.    Nyeri ulu hati
c.    Makan dan minum banyak
d.    Perubahan kebiasaan BAB (diare atau sembelit)               
6.    Fungsi pergerakan
a.    Nyeri kaki saat berjalan
b.    Nyeri pinggang atau tulang belakang
c.    Nyeri sendi/bengkak               
7.    Fungsi persarafan
a.    Lumpuh/kelemahan kaki atau tangan
b.    Kehilangan rasa
c.    Gemetar               
8.    Fungsi saluran perkemihan
a.    BAK banyak
b.    Sering BAK malam hari
c.    Tidak mampu mengontrol BAK               

Kategori penilaian:
a)    Tidak pernah    : 0
b)    Jarang    : 1
c)    Sering        : 2
d)    Selalu        : 3   



C.    DUKUNGAN LANSIA
No.    Pertanyaan    Selalu    Sering    Jarang    Tidak pernah
Apakah lansia               
1.    Meluangkan waktu berbicara dengan klien               
2.    Mau mendengarkan keluhan klien               
3.    Mau menaggapi apa yang dibicarakan klien               
4.    Meluangkan waktu berkumpul dengan klien               
5.    Melibatkan klien dalam acara lansia               
6.    Memberi kebebasan klien untuk mengikuti kegiatan sosial di masyarakat               
7.    Merawat klien dengan penuh kasih sayang               
8.    Menghargai pendapat klien dan melibatkan klien dalam mengambil keputusan               
9.    Mau menerima klien apa adanya walaupun kemampuan klien tidak seperti dulu lagi               
10.    Siap membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien               
11.    Membantu menyediakan biaya untuk memenuhi kebutuhan klian sehari-hari : makan, pakaian dan kebutuhan lain               
12.    Membantu kebutuhan biaya untuk menjaga kesehatan klien               
13.    Menyediakan biaya untuk kegiatan sosial yang dilakukan klien diluar rumah               
14.    Menyediakan sarana transportasi untuk mengantar klien melakukan pemeriksaan kesehatan / berobat jika sakit               
15.    Mendukung klien untuk menggunakan sarana transportasi jika klien mengikuti kegiatan sosial diluar rumah               
16.    Mendukung klien untuk menggunakan sarana ternsportasi jika klien berpergian jauh (mengunjungi lansia, rekreasi dengan kelompok lansia)               
17.    Membantu menyiapkan makanan untuk kebutuhan makan sehari-hari               
18.    Memperhatikan jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan klien (makanan yang boleh/tidak boleh dimakan)               

D.    Pengkajian fungsional (indeks KATZ)
E.    Pengkajian ststus kognitif/afektif (SPMSQ/MMSE)
F.    Pengkajian sosial (skala depresi yesavage,Inventaris depresi beck, apgar keluarga)


II.    RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
No.    Diagnosa Keperawatan    Tujuan     Kriteria Hasil    Rencana Keperawatan    Rasional
                   
                   


III.    IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
No Diagnosa    Tanggal
/jam    Implementasi    Evaluasi Formatif    Ttd
            Do:
Ds:   

IV.    CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI SUMATIF KEPERAWATAN LANSIA
Tanggal     Diagnosa Keperawatan    Evaluasi Sumatif    Ttd
        S    :
O    :
A    :
P     :

Askep Gerontik Hipertensi



1. Pengertian
Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi 90 mmHg.

2. Etiologi
Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor antara lain:
- Kelelahan - Proses penuaan
- Keturunan - Diet yang tidak seimbang
- Stress - Sosial budaya
Akibat/ komplikasi dari penyakit hipertensi:
Gagal jantung, gagal ginjal, stroke (kerusakan otak), kelumpuhan.

3. Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sklerosis koroner.

4. Tanda dan gejala
- Sakit kepala - Perdarahan hidung
- Vertigo - Mual muntah
- Perubahan penglihatan - Kesemutan pada kaki dan tangan
- Sesak nafas - Kejang atau koma
- Nyeri dada

1. Data dasar pengkajian klien dengan hipertensi
- Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
- Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.
Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.
- Integritas Ego
Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.
- Eliminasi
Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.
- Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
- Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik.
Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.

- Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
- Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu pernafasan.
- Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi, cara brejalan.

2. Pemeriksaan Diagnostik
- Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).
- BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
- Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
- Kalsium serum
- Kalium serum
- Kolesterol dan trygliserid
- Px tyroid
- Urin analisa
- Foto dada
- CT Scan
- EKG
Prioritas keperawatan:
- Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
- Mencegah komplikasi.
- Kontrol aktif terhadap kondisi.
- Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan.

3. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:
- Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
- Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.
- Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
- Batasi aktivitas.

4. Kemungkinan Diagosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan:
Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan/ kriteria:
- Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi:
- Kaji respon terhadap aktifitas.
- Perhatikan tekanan darah, nadi selama/ sesudah istirahat.
- Perhatikan nyeri dada, dyspnea, pusing.
- Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi, sisir rambut.
- Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan.
- Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi.
- Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.

Diagnosa Keperawatan:
Nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Hasil yang diharapkan: melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.
Intervensi:
- Pertahankan tirah baring selama fase akut.
- Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat punggung, leher, tenang, tehnik relaksasi.
- Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri kepala,misal: membungkuk, mengejan saat buang air besar.
- Kolaborasi dalam pemberian analgetika, anti ancietas.



I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder terhadap kerusakan neuron motorik atas.

Kriteria:
Klien akan menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi:
1) Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit pada sedikitnya empat kali sehari.
R/ Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai empat kali sehari. Lakukan latihan dengan perlahan untuk memberikan waktu agar otot rileks dan sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi untuk mencegah regangan pada sendi dan jaringan.
R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak digunakan. Kontraktur pada otot fleksor dan adduktor dapat terjadi karena otot ini lebih kuat dari ekstensor dan abduktor.
3) Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.
R/ Mobilitas dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat menyebabkan kontraktur permanen.
4) Siapkan mobilisasi progresif.
R/ Tirah baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan tekanan darah tiba-tiba (hipotensi orthostatik) karena darah kembali ke sirkulasi perifer. Peningkatan aktivitas secara bertahap akan menurunkan keletihan dan peningkatan tahanan.
5) Secara perlahan bantu klien maju dari ROM aktif ke aktivitas fungsional sesuai indikasi.
R/ Memberikan dorongan pada klien untuk melakukan secara teratur.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi.
Kriteria hasil:
- Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
- Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.
- Meminta bantuan bila diperlukan.
Intervensi:
1) Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
R/ Membantu menurunkan cedera.
2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:
- Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
- Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
- Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion emoltion.
R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.
3) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu.
R/ Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan atau jatuh.
4) Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
R/ Klein dengan masalah mobilitas, memerlukan [emasangan alat bantu ini dan